Sabtu, 14 November 2015

Cara Memulai Usaha Sendiri agar Tidak Mudah Menyerah


Membuka usaha sendiri membutuhkan waktu, tidak bisa instan. Ada proses yang harus dilalui. Mulai dari memikirkan ide awal, membuka, memperkenalkan dan mempromosikan usaha tersebut. Dalam proses ini, banyak sekali tantangan dan rintangan. Baik dari internal pebisnis sendiri maupun yang datang dari eksternal (simak disini Kiat Memulai Usaha).\
 
Tantangan ini tidak jarang menyebabkan pebisnis layu sebelum berkembang. Tidak kuat dan stress melihat usaha yang dibangun lambat tumbuh, penjualan seret, sementara dana dan tenaga sudah banyak dicurahkan. Akhirnya memilih mundur, menyerah. Ibarat kepompong, usahanya gagal menjadi kupu – kupu yang bisa terbang.

Statistik dari beberapa survei enterpreunership menunjukkan bahwa sebagian besar pebisnis yang buka usaha sendiri, gagal pada tahap awal. Saya menduga bahwa kegagalan mempertahankan endurance menjadi penyebab utama banyak pebisnis pemula gugur di masa – masa awal.
Namun, bukan berarti bahwa endurance bisnis tidak bisa dilatih atau dibangun. Buktinya, pengusaha yang sekarang sukses, umumnya bisa bertahan dan lolos dari masa – masa paling kelam.

Membangun Daya Tahan dalam Memulai Usaha Sendiri
Berikut catatan mengenai bagaimana membangun dan mempertahankan endurance berbisnis, supaya bisa tetap fokus saat buka usaha, meskipun kesulitan dan tantangan datang bertubi.
 
1. Punya Mimpi Besar
Mimpi mampu memindahkan gunung, begitu kata salah satu kiasan. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh mimpi,  termasuk dalam berusaha. Makanya, saat memutuskan usaha sendiri, kita sebaiknya punya mimpi atau cita – cita yang jelas dan spesifik yang menjadi raison d etre memulai bisnis sendiri.
Mimpi tersebut sebaiknya sesuatu yang pantas, worthed, untuk dikejar dan diperjuangkan. Jika tidak, mimpi akan mudah dikalahkan atau dinomorduakan oleh tekanan dari kebutuhan dan tuntutan jangka pendek yang biasanya terlihat lebih urgen untuk dipenuhi.
Ketika berondongan kesulitan muncul, mimpi menjadi penyemangat yang menopang kita untuk tidak menyerah, tetapi malahan mencari jalan keluar. Mimpi menjadi benteng terakhir.
Beberapa motivator terkenal menyarankan bahwa mimpi tersebut harus spesik dan jelas. Dituliskan dalam secarik kertas, kemudian diresapi dan diingat setiap waktu. Dengan demikian, cita – cita itu terinternalisasi dalam diri secara kuat dan mengakar.

2. Bekerja berdasarkan Passion
Bekerja karena dorongan cinta atau hobi pasti hasilnya akan berbeda. Ada keinginan kuat memberikan yang terbaik. Kasarnya, tidak dibayar pun, kita mau mengerjakan hal tersebut.
Passion merupakan penyemangat yang manjur saat bisnis sedang susah. Walaupun penjualan sedang merosot, tetapi karena melakukannya bukan karena tuntutan keuntungan,  namun karena memang menyukainya, kita akan terus berkarya memberikan yang terbaik.
Konsistensi berkarya pada ujungnya akan mendatangkan apresiasi.
Sebaliknya, jika bisnis dilakukan karena harapan akan kekayaan semata, ketika muncul tantangan atau kesulitan, yang niscaya pasti ada dalam usaha, semangat pantang menyerah mudah luntur. Tidak ada motivasi dari dalam yang menjaga semangat.
Umumnya, membangun usaha sendiri membutuhkan waktu. Jarang yang bisa berhasil dalam waktu pendek. Stamina untuk bertahan paling efektif  dalah motivasi yang muncul dari dalam. Itulah passion.

3. Belajar dari Orang Sukses
Banyaklah belajar dari orang – orang yang sudah berhasil. Dari mereka, kita akan paham bahwa jalan memulai usaha itu tidaklah mudah. Ada proses berliku, naik dan turun, terjal, yang mau tidak mau harus dilewati jika ingin berhasil.
Yang sukses pun pernah melewatinya. Mereka berhasil karena bisa bertahan. Coba dulu berhenti ditengah jalan, pasti keberhasilan yang mereka dapatkan sekarang tidak akan pernah terwujud.
Pengalaman orang sukses ini menjadi reminder yang kuat, menjadi pemompa semangat, ketika sedang lelah atau gundah. Kalau para pebisnis sukses saja butuh waktu dan bahkan butuh pengorbanan untuk bisa berhasil, wajar saja kita yang baru memulai usaha menghadapi masalah.
Makanya, hadir di seminar, mendengarkan talkshow di radio atau membaca di tabloid mengenai berbagai sharing kisah sukses adalah hal yang sebaiknya rutin dilakukan. Bukan hanya untuk menimba ilmu, tetapi lebih dari itu, menjadi booster semangat ditengah tantangan memulai usaha sendiri.

4. Pentingnya Support keluarga.
Saat bisnis sedang sulit, biasanya cash flow rumah tangga kena imbasnya. Yang dulunya bisa ke mall setiap minggu, atau berlibur ke setahun dua kali, sekarang harus dikurangi, atau bahkan dihapuskan sama sekali demi berhemat untuk keuangan usaha. (simak disini Cara Mengelola Keuangan Keluarga).
Keluarga yang paling merasakan dampaknya. Dan reaksi keluarga ikut menentukan terus tidaknya usaha tersebut.
Keluarga yang tidak mendukung pasti kerap mengeluh dan tidak mau kompromi. Saya melihat beberapa orang yang akhirnya mundur dari berbisnis karena tekanan dari keluarga, yang ingin tetap mempertahankan gaya hidup, tidak mau prihatin, padahal kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan.
Sebaliknya, keluarga yang mendukung, memberikan semangat dan yang paling penting mau ikut prihatin. Mereka paham bahwa kesulitan sekarang akan mendatangkan kebahagiaan yang lebih besar nantinya.
Makanya, ketika ingin mulai usaha, penting membicarakan dan bicara terbuka kepada keluarga. Menjelaskan bahwa memulai bisnis akan menghadapi masa – masa sulit diawal, tantangan yang tidak mudah, yang membutuhkan dukungan dan pengorbanan dari keluarga.
Kunci sukses memulai usaha sendiri, tidak hanya produk bagus, strategi pemasaran brilian dan business model, tetapi lebih dari itu, butuh kekuatan dan keuletan untuk terus bertahan. Bisnis itu penuh tantangan dan rintangan. Karena ketika pebisnis mundur sebelum sampai tujuan, segala strategi dan rencana yang jitu serta produk yang mumpuni menjadi sia – sia semuanya.

Sumber  : http://www.duwitmu.com/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar